6/07/2009

. Tangis . Part 2 .



aku mengerlingkan mata ke arah permadani rezairld
iang t'bentang luas dipenuhi rerumputan
mimpi dan sejuknya lembayung janji iang
kelak ku harap akan hiasa masa depanku ..

pemimpin rezairldku ,
entah hilang kemana ...

awalnya ..
hanya tangis iang ku suguhkan dalan gelas
perihh ...

tapi akhirnya ..
aku mengerti apa iang mungkin akan terjadi nanti .
aku tak harus egois dengan semua obsesiku ..
tapi aku harus mampu menggunakan kesabaranku
tuk halau syetan-syetan iang terkutuk itu ..
musnahkan imanku ..

pernah aku terjerumus kesana ...
kini aku tak ingin melelahkan imanku ..
naik turun dari lantai k'7 ,,

akupun mengerti apa iang dilakukan pemimpinku saat ini
adalah iang terbaik untuk rezairld , rakyatku ,
terutama AKU ,,,

ku harap perjuangannya di medan iman .
tak luntur hingga waktu itu tiba ...

aamin ..
yaa mujiba shahilin ..

5/29/2009

KH. Rahmat Abdullah, Dari Kuningan Sampai Bekasi

Rahmat Abdullah, yang seringkali dipanggil Bang Mamak oleh warga Kampung Kuningan ini, meskipun lahir dari pasangan asli Betawi, namun ia selalu menghindari sebutan Betawi yang dianggapnya berbau kolonial Belanda. Ia lebih bangga dengan menyebut Jayakarta, karena baginya itulah nama yang diberikan Pangeran Fatahillah kepada tanah kelahirannya. Sebuah sikap yang tak lain lahir dari semangat anti kolonialisme dan imperialisme, serta kebanggaan (izzah) terhadap warisan perjuangan Islam.

Pada usia 11 tahun, Rahmat kecil harus menapaki hidupnya tanpa asuhan sang ayah, karena saat itu ia telah menjadi seorang anak yatim. Sang ayah hanya mewariskan pada dirinya usaha percetakan-sablon, yang ia kelola bersama sang kakak dan adik untuk menutupi segala biaya dan beban hidup yang mesti ditanggungnya.

Meskipun begitu, Rahmat bukanlah remaja yang cengeng. Walaupun harus ikut membanting tulang mengais rezeki, ia tetap tak mau tertinggal dalam pendidikan. Awal pendidikan resminya ia mulai sejak masuk sekolah dasar negeri di bilangan Kuningan, yang kala itu masih berupa perkampungan Betawi, belum berdiri gedung-gedung pencakar langit. Dan seperti umumnya generasi saat itu, Rahmat kecil setiap pagi mengaji (belajar membaca Al Qur-an, baca tulis Arab, kajian aqidah, akhlaq & fiqh dengan metode baca kitab berbahasa Arab, nukil terjemah dan syarah ustadz) baru siang harinya dilanjutkan dengan sekolah dasar.

Tahun 1966, setelah lulus SD, yang tahun ajarannya diperpanjang setengah tahun karena terjadi peristiwa G-30-S/PKI, Rahmat masuk SMP. Tapi kali ini ia mesti keluar lagi karena terjadi dilema dalam dirinya. Ironi memang, di satu sisi keaktifan dirinya sebagai aktifis demonstran anggota KAPPI & KAMI yang dikenal sebagai angkatan 66, namun di hari Jum’at sekolahnya justru masuk pukul 11.30, tepat saat shalat Jum’at.

Karenanya pada permulaan tahun ajaran berikutnya (1967/1968) Rahmat memutuskan pindah ke Ma’had Assyafi’iyah, Bali Matraman. Dari hasil test dan interview, ia harus duduk di kelas II Madrasah Ibtidaiyah (tingkat SD). Namun Rahmat tidak puas dengan hasil itu, ia mencoba melakukan lobby dengan seorang ustadz, untuk melakukan test ulang hingga ia pindah duduk di kelas III.

Permulaan belajar di Ma’had ini, bagi Rahmat begitu berbekas. Apalagi ia harus ikut mengaji pada seorang ustadz senior Madrasah Tsanawiyah (Tingkat SMP) yang sangat streng dalam berbicara dan mengajar dengan bahasa Arab. Namun tak selang lama, ternyata sang guru kelas ini justru sama-sama mengaji bersamanya.

Rahmat memang langsung meloncat naik ke kelas V, di sinilah ia belajar ilmu nahwu dasar yang sangat ia sukai karena dengan ilmu itu terkuaklah setiap misteri intonasi dan narasi penyiar Shauth Indonesia, yang sering disiarkan oleh radio RRI dengan berbahasa Arab. Siaran inilah yang menjadi acara kesukaan Rahmat. Sehingga meski hidupnya serba kekurangan, namun karena sadar akan pentingnya komunikasi dan informasi, Rahmat merelakan uang makannya untuk dikumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil jerih payahnya mencari pelanggan sablon, untuk membeli radio. Padahal saat itu, radio masih menjadi status simbol bagi orang-orang kaya zaman itu.

Selepas kelas V, Rahmat melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Assyafi’iyah. Di MTs ini ia belajar ushul fiqh, musthalah hadits, psikologi & ilmu pendidikan, di samping tetap belajar ilmu nahwu, sharf dan balaghah. Tapi pelajaran yang paling ia sukai adalah talaqqi. Biasanya talaqqi ini dilakukan langsung dengan para masyaikh (kiai) serta bimbingan langsung sang orator pembangkit semangat yang selalu memberikan inspirasi Rahmat muda, KH Abdullah Syafi’i.

Di saat ini pula Rahmat merintis dakwah dengan mengajar di Ma’had Asyafi’iyah dan Darul Muqorrobin, Karet Kuningan. Di tempat inilah Rahmat remaja mengabdikan dirinya sebagai guru, pendidik dan mengajarkan berbagai ilmu. Keseharian ini ia jalani bertahun-tahun dengan berjalan kaki dari Bali Matraman ke Karet Kuningan. Bahkan untuk memberikan pelajaran tambahan berupa les privat pun ia lakukan dengan berjalan kaki masuk ke lorong-lorong jalanan Jakarta hingga larut malam.

Semangat hidup dan dakwah ini juga ia tuangkan dalam berbagai untaian bait-bait syair, puisi serta berbagai tulisan artikel kecil yang ia kirim ke berbagai media. Tak jarang ia juga berlatih bermain teater bersama rekan-rekan guru atau teman-teman seperjuangannya.

Dari jerih payah inilah, selain bisa membeli sebuah motor Honda 66 atau sering disebut motor Chips, Rahmat Abdullah mampu mengasah watak dan pikirannya sehingga menjadi murid terbaik dan murid kesayangan dari KH. Abdullah Syafi’i. Bahkan sempat pada tahun 1980, bersama empat rekannya mau diberangkatkan ke Universitas Al Azhar Kairo Mesir, namun sayang gagal karena adanya ‘fitnah’ dari kalangan internal.

Namun hal itu tak menyurutkan Rahmat untuk selalu belajar. Sejak berkenalan dengan Syeikh Mesir yang pernah dikenalkan KH. Abdullah Syafi’i padanya, ia mulai senang melahap berbagai buku dan pemikiran Islam seperti Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, Al Maududi serta tokoh nasional seperti HOS Cokroaminoto dan M. Natsir.

Sedang dari perjalanan dakwah bersama remaja-remaja Kuningan, menjadikannya sangat suka kala berdiskusi dan berguru dengan tokoh-tokoh M Natsir, Mohammad Roem ataupun Syafrudin Prawiranegara. Rahmat pun mengakui secara terus terang mengadopsi logika dan metode orasi yang ia ambil dari sang orator Isa Anshari dan Buya Hamka serta sang gurunya sendiri, Abdullah Syafi’i yang masyhur dengan teriakan lantang penggugah jiwa.

Rahmat remaja meski dikenal sebagai demonstran tapi sosoknya dikenal lembut, bahkan dianggapnya seringkali tidak bisa marah. Kemarahannya akan terlihat meledak jika Islam dilecehkan. Sebagaimana saat mendengar pembicaraan sang kakak, Rahmi, saat meminta kolega bisnisnya yang bekerja sebagai Kopasanda -Kopassus- untuk melunasi hutangnya. Tapi Kopassanda malah menjawab, "Nabi saja bisa meleset janjinya." Kontan mendengar pernyataan itu Rahmat keluar dari ruangan samping dan langsung berucap, "Nabi yang mana janjinya tidak tepat," Kopasanda itu malah menjawab, "Anda ndak usah ikut campur dengan urusan ini." Rahmat remaja langsung menyambut, "Suara Bapak terdengar di telinga saya di sini, sekali pun bapak berpakaian dinas, nabi yang mana yang ingkar janji itu," ujar Rahmat menahan emosi. Akhirnya Kopasanda itu minta maaf.

Sikap tegas ini lah yang menjadikan Rahmat Abdullah muda sangat disegani para pemabok ataupun preman. Karena caranya mendekati yang bersahabat. Bahkan, meski pernah kakaknya disakiti jagoan Kuningan waktu itu, H. Hamdani, ia tetap bisa menghadapinya dengan baik. Malah anak jagoan itu yang kemudian sempat ditahan polisi.

Anak-anak muda, preman, seniman semuanya ia rangkul terutama dalam wadah seni teater yang sering ia gelar di lapangan depan masjid Raudhtul Fallah —lapangan yang berada di belakang Dubes Malaysia saat ini-. Di tempat inilah Rahmat muda sering mengekspresikan syair dan puisinya serta peranan imajinasi dan pemikirannya sebagai sutradara teater dengan menggelar pagelaran teater drama terbuka. Teater yang terakhir kali ia pentaskan berjudul "Perang Yarmuk" yang tampil bersama Abdullah Hehamahua (1984). Dimana pementasannya sempat dikepung oleh intel dan aparat keamanan karena dianggap subversif di masa kekuasan Suharto.

Selepas pentas pun, tak ayal Rahmat dipanggil untuk menghadap KODIM. Namun Rahmat justru menjawab "Kalau yang memanggil Ibu, saya akan datang. Kalau yang memanggil KODIM sampai kapan pun saya tak akan pernah datang. Kalau mau saya datang ke KODIM, datang dulu ke ibu saya," ungkap Rahmat muda menjawab aparat dari kodim yang melayangkan surat panggilannya. Bahkan salah satu aparat KODIM, Soeryat, sempat menangis di hadapan Rahmat muda karena nasehat-nasehatnya agar tidak saling ‘memberangus’ sesama Muslim.

Keasyikan menceburkan diri dalam dakwah, rupanya menjadikan Rahmat tak sadar telah dimakan usia. Rahmat baru tersadar ketika seorang teman yang baru menikah mengingatkan sudah waktunya memikirkan bangunan rumah tangga. Barulah ia menyadari usianya sudah memasuki tahun ke-32.

Malam itu, malam Kamis 14 Ramadhan 1405 H. (1984 M), bertiga; Rahmat, ibunda dan bibi datang mengkhitbah seorang anak yang pernah menjadi muridnya, Sumarni, tatkala Rahmat duduk di kelas II MTs. Saat itu Sumarni masih menjadi siswi kelas I Madrasah Ibtidaiyah (lk. Umur 5 tahun). Ia adalah sang nominator juara I untuk lomba praktik ibadah.

Saat berlangsungnya khitbah, ketika keluarga Rahmat mengajukan usulan walimah bulan Syawal seperti kebiasaan Rasululllah saw, seorang ustadz wakil dari perempuan mengatakan, "Itu tetap walimah, tetapi Anda tidak akan menemukan keberkahan seperti bulan (Ramadhan) ini." Akhirnya, disepakati untuk nikah besok malamnya, malam Jum’at 15 Ramadhan. "Soal KUA urusan Ane, tinggal terima surat aje," ujar ustadz tadi. "Bah, ini rada-rada ketemu," ujar Rahmat muda dalam hati.

Walhasil sampai menjelang rombongan berangkat 15 Ramadhan itu, masih ada teman pemuda masjid yang bertanya, "Ini mau kemana sih?" Apalagi suasana saat itu memang masih represif. Bahkan belum sebulan menikah, di pagi buta ba’da subuh sesaat setelah peristiwa Tanjung Periok, Rahmat telah dijemput untuk mendengarkan rekaman peristiwa penembakan massa di Tanjung Priok yang terjadi semalam. Pagi itu lelaki yang sudah mulai akrab dipanggil Ustadz Rahmat itu, bersama pemuda Islam lainnya langsung meninjau lokasi yang porak poranda. Mendengar peristiwa itu pun, sang mertua justru mengusulkan untuk selalu membawa sang isteri untuk diajak juga keliling berbagai kota di Jawa. "Untuk penjajagan sikap ummat dan apa yang kerennya disebut ‘konsolidasi’lah," ujar Ustadz Rahmat saat diwawancarai beberapa saat lalu.

Setelah menikah, ia tinggal di Kuningan, bersama Ibu dan Adiknya. Hingga lahir tiga orang anaknya, Shofwatul Fida (19), Thoriq Audah (17) dan Nusaibatul Hima (15).

Pada pertengahan tahun 80-an Rahmat muda bergabung dengan Harakah Islamiyah yang saat itu tumbuh berkembang di Indonesia. Bersama Abu Ridho, Hilmi Aminudin dan beberapa tokoh pemuda Islam lainnya terus bersatu bergerak dalam dakwah yang lebih luas dan tertata. Gerakan dakwahnya ini lebih terinspirasi pada gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al Banna di Mesir yang sama-sama menjadi acuan kalangan muda saat itu

Pemikiran Hasan Al Banna yang telah lama menginspirasi dakwah pribadinya kini telah bertemu implementasinya bersama teman-teman yang merintis pendidikan dan kaderisasi dalam rangka penyadaran akan Islam dan mempertahankan kemurniannya. Di wadah baru inilah Rahmat selain berdiskusi, mengakses berbagai informasi tanpa melalaikan fungsi utama juga sebagai pendidik, penceramah, Rahmat merintis sebuah majalah Islam yang sangat disukai dan digemari kalangan muda. Namun sayang, saluran ekspresi pemikirannya itu harus dibredel di saat rezim orde baru mulai mengkhawatirkan kiprahnya. Namun pembredelan itu tak menyurutkan Rahmat untuk membuka lembaran baru berekspresi dalam dakwah.

Dan setelah 8 tahun menetap di Kuningan, ia mengontrak di Jl. Potlot I/ 29 RT 2 RW 3 Duren Tiga, Kalibata. Di sana lahir anaknya, Isda Ilaiha (13). Tapi panggilan dakwah sepertinya lebih memanggilnya. Tahun 1993 bersama murid-muridnya mencoba membangun pengembangan dunia pendidikan dan sosial dengan mendirikan Islamic Center Iqro’ yang terletak di Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.

Di sini pula ia menetap dan memboyong keluarganya dari kontrakannya di Gang Potlot, Duren Tiga, Kalibata menuju tanah yang masih penuh rawa untuk berekspresi mengembangkan cita-citanya melalui kajian kitab-kitab klasik dan kontemporer. Di tempat terakhir ini merintis segala impian dan lahir anak-anaknya, Umaimatul Wafa (11), Majdi Hafizhurrahman (9), Hasnan Fakhrul Ahmadi(7).Di sini kesibukannya, semakin padat. Tetapi, kebiasaan pribadinya, untuk membaca, mengkaji Al Qur’an dan Tafsirnya, Hadits dan syarahnya tetap berjalan. Begitupun, kegiatannya mengisi pengajian di kantor, kampus, serta melayani berbagai macam konsultasi sejak lepas subuh hingga jam 08.00 pagi. Ditambah lagi kesibukan di Iqro’.

Bahkan, kegiatan rutin ini tetap ia jalani meskipun semenjak tahun 1999 ia diamanahi sebagai Ketua Bidang Kaderisasi DPP Partai Keadilan. Demikian juga saat beralih menjadi Ketua Majelis Syuro sekaligus Ketua Majelis Pertimbangan Partai Keadilan Sejahtera yang ia dirikan bersama teman-teman seperjuangan setelah lebih dari 10 tahun ia rintis.

Pada tahun 2004 sang aktivis demonstrasi, budayawan, filosof, guru dan pendidik yang disegani anak muda ini harus masuk ke gedung parlemen. Ustadz Rahmat terpilih sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Bandung, Jawa Barat. Dan baru pada saat Ustadz Rahmat Abdullah mencalonkan diri inilah Bandung untuk pertama kalinya dimenangkan partai Islam.

Meskipun telah menjadi wakil rakyat, Ustadz Rahmat dikenal dikalangan Komisi III sebagai wakil rakyat yang tetap bersuara lantang, namun penuh santun dan filosofis sekaligus puitis dalam mengkritisi setiap kabijakan. Tak peduli menteri, presiden dan pejabat manapun ia sampaikan kritikan tajam membangunnya yang seringkali menjadi wacana baru bagi para pemimpin negeri ini.

Bahkan jabatan terakhir sebagai Ketua Badan Penegak Disiplin Organisasi Partai Keadilan Sejahtera ia emban dengan penuh amanah dan luapan semangat hingga akhir hayatnya saat ia harus dijemput kematian sesaat setelah berwudhu hendak menunaikan penghambaan pada sang Khalik, Selasa (14/6).

Sebuah harapan yang mungkin telah engkau ungkapkan sepekan sebelum dirimu meninggal. Dimana tidak biasanya dirimu ditegur isterimu ketika membuka album-album kenanganmu. "Lihat nih, orang Betawi kini telah keliling dunia, ke Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Amerika juga Makkah. Tinggal ke akheratnya saja yang belum," ujarmu berseloroh yang kini telah kau buktikan.

Selamat jalan guruku, jejak langkah perjuanganmu akan kami

5/26/2009

:(



Semalam, aku sakit , aku tergulai lemas
di tempat tidur iang biasanya menyenyakkan
tidurku ..
mama akhirnya terpaksa tidur disampingku ..
menemani dan menjaga tidurku ..
sedih rasanya melihat mama gag bisa tidur
olehku ..

dan pagi ini ..
masih menyisakan sakit2 iang memelukku
dan seakan tak mau berpisah dariku ..

ya salam ..
selamatkan aku ,,,



ternyata nikmatNYA iang
kemarin aku rasa kurang,
aku butuhkan sekarang ..

5/23/2009

.... Pray ....




yaa Allah ..
Maha pemutar balik rasa ..
putar balikkanlah rasa benci iang bersemayam
dihati mereka terhadap duniaku ..
jauhkan dan hindarilah ...
dan jadikan benci itu menjadi rasa cinta
agar mampu aku tunaikan janjiku
padaMU ...

yaa Allah ..
Mudahkanlah segala urusanku dan duniaku ..
ringankanlah segala kesulitan dengan kekuatan
sabar dan ikhlas ..

yaa Allah iang Maha Daya Upaya ..
sampaikan aku pada masa-masa harapku ..
masa-masa dimana aku sempurnakan
Ibadahku, Citaku ..

dan,

Cintaku..

bersama dalam keindahan Rezairld ...
Aamin ..

5/22/2009

tangisku .. (1)




gebrakan untuk hatiku telah di mulai ..
lagi-lagi aku harus terpuruk dalam rasa seperti ini ..
aku harus tertawa ditengah duri iang sulit untukku lepaskan ..
aku harus terus berjuang untuk
satu janji di tanah rezairld ..
walau sesungguhnya, aku perihhh....

perjuangan ini memang mengantukkan kepalaku
di bebatuan padang pasir timur tengah
iang panasnya membakar kulit..
tapi, ia takkan mampu bakar semangatku,
untuk pertahankan dunia ,
sampai batas kepasrahan n keikhlasan nurani ..

adakah, ia pemimpin Rezairld ku ?!

Semoga ..

5/20/2009

Penghalang wanita masuk Syurga, Part 1

Kebiasaan kaum hawa bersumpah dengan selain Allah, misalnya : Demi Nabi, demi Ka'bah, demi malaikat,, demi nenek moyang, demi suami, demi anak-anak, demi kepala dan lain-lain.
Ibnu Umar meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Sesungguhnya Allah ta'ala melarang kelian bersumpah dengan nama nenek moyang kalian. siapa saja yang harus bersumpah, maka bersumpahlah atas nama Allah atau lebih baik diam".

Suatu hari Abdullah bin Umar Radliyallahu 'anhuma mendengar seseorang bersumpah dengan selain Allah. Abdullah bin Umar berkata pada orang tersebut, " Jangan bersumpah dengan selain Allah. Sebab aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah maka sungguh ia telah kufur atau musyrik."(HR. At-Tirmidzi, menurutnya hadist ini hasan)



jadi saudaraku ..
bersumpahlah atas nama Allah iang Maha Daya,
atau lebih baik diam .
it's better than d'other ..

ini kepsekkhuw ,,,



DRS. RIALDY ...
nii kepsek SMA Negeri 7 Palembang ..
Pak Rialdy ini disegani sama setiap guru di SMART luhh ..
(yaa iyalah .. secara Kepsek cag ntu nahh)
Gag !!
bukan itu aja ,
Pak Rialdy ini orangnya Penyabar banget ..
trus, perhatian sama semua siswa/i SMART ..
semua iang ada di SMART, sayaang banget sama Pak Rialdy.
karena sosoknya iang Ramah, cerdas dan religius .

karena Pak Rialdy juga,
SMART semakin berkembang ..

makasii iaa Pak ..
Semoga jasa-jasa bapak di balas Allah Swt ..

5/10/2009

what must i do ?

aku mencoba menggeletakkan rasa iang susah payah aku ukir ..
aku terlampau perih oleh laku ku ,,
aku tlah ingini dirinya iang tak pernah aku
fikirkan sebelumnya ..
ada apa aku ini ?

mengapa ketegaran berlari tanpa pamid ..
mengapa aku dibiarkan merintih kesakitan oleh
duniaku ..

tak kan aku cabut kembali impianku dari tanah rezairld,,
tak kan aku bunuh semua cerita iang aku simpan
dalam nurani..
tak kan semudah aku teriakan kata petaka iang
menyiksanya ..

bahkan ..

aku rela mengemis demi sesuap ucapan
iang ingin aku dengar dari bibirnya..

5/08/2009

Kenapa harus ada UN ?!

Ujian Nasional...
fiuhh .. melelahkan banged !!
secara ..
tu ujian udah buat dirikuh terjatuh n pingsan (ce'ilaaa ..)
eh .. bener luhh ..
dirikuh pingsan waktu ujian matematika ..
I don't know sure ..
tapi iang jelas dirikuh rada gag sadar diri gitu lah ..
soalnya waktu aku dikelas n minta tolong ma pengawas untuk d'ambilin air minum ..
aku dah gag ngerasa apa2 ..
kate temen2 sii niy ye ..
katenye niy muka kayak mayit, begono !! (waduuu ...)
ahaagh ..
tragis bener dach tu UN ..
dan iang menyedihkan, waktu dirikuh buka kompas.com, disitu ada iang comment
kalo guru iang jadi malaikat para murid !!
lha .. salah sendiri khan ,
udah tau dari dulu banyak penyelewengan masih aja diterusin
tu UN ..
cari alternatif lain dunk buat generasi penerus !!
gimana bisa maju kalo dari penentuan masa depan anak bangsa aja banyak penyelewengan.
hhmm ..
dirikuh sedih sama nasib anak bangsa iang ditentuin cuma dalam waktu 5 hari ..
padahal sekolah itu bayar luhh ..
3 tahun belajar ditentuin dalam waktu 5 hari .
itupun dengan standar kelulusan iang semakin meningkat tanpa
memperhatikan kemampuan individu, baik dari skill, kerajinan atau mungkin
prestasi non akademic mereka ..
gag adil banged khan !!
dirikuh tau lah ..
mungkin salah satu faktornya karena kita jauh ketinggalan dari negara tetangga tapi
khan bukan berarti pemerintah
ngikutin egonya untuk
ikut2an menghasilkan generasi iang berkualitas dengan cara
seperti ini ..
duu ...

kemarin, temenkuh dapet nilai 3.00 untuk pelajaran B. Inggris,
padahal secara manual dikoreksi dia dapet nilai 8, sekian ..
jauh banget khan perbandingannya ..

tolong dunk ..
kalo gini terus gimana nasib adik2kuh iang lain ??!!

4/17/2009

crying heart ..

Ada sesosok lelaki tua iang mengayunkan sepedanya d'terik matahari iang mengucurkan lkepenatan dari pori2 kulitnya..
ingin rasanya aku membantunya ..

lalu,
tak jauh aku melihat seorang lelaki tua yang melayani anak kecil dengan
segenggam uang receh untuk 1 es pelangi iang lembut

Yaa ALLAH ..
lahi2 aku melihat seraut wajah lelaki tua iang kendalikan
roda tiga dari kubangan jalan iang parah ..
sepertinya ia lelah, tapi
tetap saja ia paksakan ..

Dan di timur jalanku,
aku lihat ashmaMU t'ukir..
samar2 ku lihat lau lenyap ditiup bayu ..
dan dibawah matahari iang t'tutup awan putih aku menyaksikan
skenario para lakonMU,
iaa Robb ...

(16 april09, goes to AL-Qolam)

4/15/2009

From mb Puti ...

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?" Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata buta. Dia menolak untuk menikah dengannya.

Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik mata saya."

* * * * *

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hidup adalah anugerah

Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar -
Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu -
Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suami atau isterimu -
Ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan meminta pasangan hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu -
Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke surga.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu -
Ingatlah akan seseorang yang begitu mengaharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Sebelum engkau bertengkar karena rumahmu yang kotor, dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai -
Ingatlah akan orang gelandangan yang tinggal di jalanan.

Sebelum merengek karena harus menyopir terlalu jauh -
Ingatlah akan sesorang yang harus berjalan kaki untuk menempuh jarak yang sama.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu -
Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Sebelum engkau menuding atau menyalahkan orang lain -
Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa dan kita harus menghadap pengadilan Tuhan.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu -
Pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.

Hidup adalah anugerah, jalanilah, nikmatilah, rayakan dan isilah itu.

NIKMATILAH SETIAP SAAT DALAM HIDUPMU, KARENA MUNGKIN ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI!

4/10/2009

owh .. hari .

tadi pagi aku melihat mentari
iang menawarkan hari untuk dilalui ..
bersama awan putih iang berarak
tempati kedudukan di langit ..
aku juga mendengar nyanyian burung
kecil iang merdu ..
sampai-sampai membuat aku
terhipnotis untuk ikut merasakan irama hari
iang melantun dengan indahnya ..
penad memang ..
tapi semua pupus diterjang
ke ikhlasan diri lalui hari ..
entahlah ..
hari aku merasa bahagia,
walau aku tlah membuat satu khilaf
pagi ini, tapi...
Pemilik diri seakan terus
memberiku nikmat iang tak ku fikirkan
sebelumnya ..

owh .. hari ..
sampaikan padaNYA,
aku cintaiNYA ,,,

4/08/2009

...

Barusan aku menatapi lelaki paruh baya
bersama gadis kecil b'helm kecil ..
Yang tak seharusnya ia kenakan diatas sepeda kecil iang ditunggangi kakeknya ..
damai sekali melihatnya ..
Aku seakan mendapati ketulusan pada keduanya ..
Aku juga menemukan satu rasa cita iang menngebu
seakan aku masuk kedalam skenario mereka ..

Terkadang aku hanya haru iang padu dalam rindu .
ternyata Indah ..
hhh ... :|

aduu ...

what happend my Blog .. R U Sick ?!

4/03/2009

from Akh. Faridul ..

Episode Cinta untuk Rahmat Abdullah


Seperti tak percaya aku mendengar kabar itu: kau sudah pergi untuk selamanya. Dan kenangan demi kenangan berkelebat cepat di benakku, menyisakan satu nama: Rahmat Abdullah.

Kita memang tak banyak bertemu, tak banyak bercakap. Tapi percayakah kau, aku menjadikanmu salah satu teladan diri. Kau menjelma salah satu sosok yang kucinta. Tahukah kau, hampir tak ada tulisanmu yang tak kubaca? Dan setelah membacanya selalu ada sinar yang menyelusup menerangi kalbu dan pikiranku. Tidak sampai di situ, buku-bukumu selalu membuatku bergerak. Ya, bergerak!

Kau mungkin tak ingat tentang senja itu. Tapi aku tak akan pernah melupakannya. Saat itu kau baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kesehatanmu. Aku dan seorang teman menunggumu. Kami membutuhkanmu untuk memberi masukan terhadap apa yang tengah kami kerjakan. Tanpa istirahat terlebih dahulu, dengan senyuman dan kebersahajaan yang khas, kau menemui kami. Tak kau perlihatkan bahwa kau sedang tak sehat. Bahkan kau bawa sendiri makanan dan minuman untuk kami. Dengan riang kau menyemangati kami.

“Ini kebaikan yang luar biasa,” katamu. “Bismillah. Berjuanglah dengan pena-pena itu!”

Lalu kami mengundangmu untuk hadir pada acara milad organisasi kecil kami. Sekadar menyampaikan undangan, dan tak terlalu berharap kau datang, karena kami tahu kau sangat sibuk dengan begitu banyak persoalan ummat.

Hari itu, bulan Juli 2002, milad ke 5 organisasi kami: Forum Lingkar Pena. Semua panitia direpotkan oleh banyak hal yang harus dikerjakan. Aku masih sempat bertanya pada panitia: “Adakah yang menjemput Pak Taufiq Ismail dan Pak Rahmat Abdullah?”

Panitia menggeleng. Banyak yang harus dikerjakan. Tak ada mobil atau tenaga untuk menjemput.

Sudahlah, pikirku. Pak Taufiq dan Pak Rahmat terlalu besar untuk hadir di acara seperti ini.
Aku hampir melompat ketika melihat Pak Taufiq Ismail datang sendirian dengan taksi dan menyapa kami riang. Dan aku tak percaya ketika tak lama kemudian kau muncul!
“Ustadz, terimakasih sudah datang. Kami tidak menyangka…,” sambutku.

Kau tersenyum. “Saya sudah agendakan untuk datang,” katamu. “Ini acara FLP. Istimewa.”

Mataku berkaca. Ini ustadz Rahmat Abdullah, ia terbiasa diundang sebagai pembicara dalam berbagai acara nasional sampai internasional. Dan kini ia sudi hadir sebagai undangan biasa!

“Maaf ustadz tidak dijemput. Ustadz naik apa tadi?”

"Naik bas. Tempatnya mudah dicari,” katamu biasa.

Kau sempat turut memberikan award dalam acara tersebut dan memimpin doa penutup. Aku menangis mendengar doa yang kau lantunkan, Ustadz. Kau berulangkali mendoakan agar organisasi kami: FLP selalu bisa melahirkan para pemuda yang tak akan berhenti berjuang dengan pena….

Pada akhir acara, kau turut berjongkok bersama para pemuda lainnya dan menandatangani spanduk yang kami gelar bertuliskan “Sastra untuk Kemanusiaan.”

“Saya mencintai sastra dan suka membuat puisi,” ceritamu.

Hari itu kehadiranmu benar-benar memberi semangat baru bagi kami.
Ustadz, aku selalu mengenangmu sebagai suami dan ayah yang baik dalam keluarga. Sebagai guru sejati bagi ribuan da’i. Dan ketika kau terpilih menjadi anggota DPR RI tahun 2004 lalu, tak ada yang berubah darimu, kecuali usaha yang lebih keras untuk membuat rakyat tersenyum. Dalam keadaanmu yang sederhana, kau tak berhenti memberi zakat dan infaq dari gajimu. Kau satu dari sedikit orang yang pernah kutemui, yang sangat berhati-hati dengan amanah dan berjuang untuk menunaikannya tanpa cacat.

Ah, pernahkah kau meminta tarif untuk mengisi ceramah? Tak ada. Kau bahkan pernah berkata: “Alhamdulillah ada lagi orang yang mau mendengarkan taushiyah dari hamba Allah yang lemah ini.”

Terakhir kali kita bertemu, Ustadz, di sebuah jalan raya, sekitar akhir tahun lalu. Dan aku tak percaya, kau—anggota dewan yang terhormat--- masih saja menyetop kopaja.

Kini dalam usia 53 tahun, kau pun kembali untuk selamanya. Ribuan orang, tak terhingga orang, datang mengiringi untuk terakhir kali, sambil tak henti bersaksi tentang keindahanmu.

Selamat jalan, Ustadz. Jalan kebaikan dan cinta yang selalu kau tempuh di dunia, semoga mengantarkanmu ke gerbang yang paling indah di sisiNya. Amiin.
biarkan aku menatapNYA
lewad canowpuz indah ..

persahabatan erat......

Mmmuuach ...

Mmmuuach ...
My lovely Family ..

Smart Malay Dance

Smart Malay  Dance